Jokowi dan Makna Hari Rabu dalam Tradisi Jawa
Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat Jawa dikenal memiliki banyak pertimbangan alias 'hati-hati' sebelum melakukan sesuatu. Bagi yang benar-benar memegang tradisi, beberapa hal bahkan memiliki 'ritual' dan perhitungannya sendiri.Anda pasti familiar dengan perlunya hitungan tanggalan Jawa untuk menentukan 'hari baik' pernikahan, peletakan pondasi rumah, bahkan menentukan arah mata angin yang pas untuk membangun rumah.
Bukan tidak mungkin, tradisi ini pula yang masih dipegang erat oleh Presiden RI Joko Widodo. Jika menilik manuver politik mantan walikota Solo ini, cukup banyak keputusan yang diambilnya di hari Rabu.
Jika memutar waktu, di awal masa periode jabatannya, Jokowi pernah merombak kabinet besar-besaran pada Rabu, 27 Juli 2016. Jokowi mengutak-atik 11 posisi kementerian di Kabinet Kerja jilid II.
Belum genap dua tahun, Jokowi sudah kembali merombak susunan kabinet pada Rabu, 17 Januari 2018. Saat itu ia mengganti posisi Menteri Sosial, Kepala Staf Presiden, menambah anggota Wantimpres dan pelantikan KSAU.
Jokowi sebelumnya juga pernah melakukan pertemuan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Rabu, 22 Mei 2019 usai pencoblosan Pilpres tahun ini.
Jokowi sendiri lahir lahir pada Rabu, 21 Juni 1961. Hari ini dalam tradisi Jawa memiliki makna khusus.
"Rabu itu kan hari tengah-tengah di antara minggu sampai sabtu, hari raja. [Rabu diyakini] lebih aman, halangan, risiko lebih kecil," kata Ki Wongso Wijoyo, ahli astrologi pada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (20/8).
Namun, ini lebih pada pengertian atau keyakinan secara global, imbuh Ki Wongso. Buat orang Jawa, pemilihan waktu juga berdasarkan pada hari pasaran Jawa.
Bila kalender umum memiliki tujuh hari, yaitu Senin sampai Minggu, dalam kalender Jawa, dikenal lima hari pasaran yakni Kliwon, Legi, Pahing, Pon dan Wage. Sehingga, setiap hari Rabu bisa memiliki makna berbeda.
Rabu 21 Agustus 2019 jatuh pada Rabu Pon. Bagi orang yang akan membangun rumah pada hari itu, lanjut Ki Wongso, bisa jadi memiliki 'nasib' kurang baik di kemudian hari, misalnya terjadi hal-hal yang tidak baik seperti kecelakaan.
Pemilihan Rabu Kliwon, 28 Agustus 2019 justru sebaliknya. Gabungan Rabu dan Kliwon bisa membawa dampak bagus untuk membangun rumah. Tapi tidak untuk pindah rumah karena bisa memicu cekcok.
"Tanggal 4 September itu Rabu Pahing, kalau dianalogikan pindah rumah atau membangun rumah itu bagus, malah [mendatangkan] berkah. Apalagi juga jatuh di tahun yang bagus," imbuhnya.
Lebih lanjut lagi Ki Wongso menjelaskan, tahun ini ada dua tahun Jawa yakni tahun Be dan Wawu dengan 'peruntungan' berbeda.
Tahun Be atau 1952 memiliki angka terakhir 2 sehingga tahun ini memiliki suasana yang dipenuhi keprihatinan, harga sumber pangan meningkat, banyak musibah, sehingga perlu banyak mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.
Masa-masa prihatin diperkirakan akan berakhir pada 31 Agustus 2019. Kemudian masuklah tahun Wawu atau 1953 dan memiliki angka akhir 3 mulai 1 September 2019.
Bertepatan dengan peringatan tahun baru Islam, tahun Wawu memiliki suasana berbeda jauh dengan tahun Be. Tahun wawu lekat dengan kemudahan mencari sandang pangan, pencarian rezeki mudah, perdagangan lancar, juga kegiatan bercocok tanam akan cukup menghasilkan.
Selain waktu, arah mata angin juga perlu dipertimbangkan. Lagi-lagi orang Jawa memang cukup 'ribet' untuk mengambil keputusan. Ibarat membangun rumah, baiknya rumah menghadap ke utara atau timur.
"Arah juga [dipertimbangkan]. Hari itu kan ada arah ke mana, mana yang nahas," katanya. (els/ayk)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi dan Makna Hari Rabu dalam Tradisi Jawa"
Post a Comment